Langsung ke konten

Mengapa Saksi-Saksi Yehuwa Tidak Merayakan Hari Raya Tertentu?

Mengapa Saksi-Saksi Yehuwa Tidak Merayakan Hari Raya Tertentu?

 Apa yang menjadi dasar bagi Saksi-Saksi Yehuwa saat memutuskan apakah mereka akan ikut dalam hari raya tertentu?

 Saksi-Saksi Yehuwa selalu melihat apa yang dikatakan Alkitab sebelum memutuskan apakah mereka akan mengikuti perayaan tertentu. Ada hari raya dan peringatan yang jelas-jelas tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab. Jika memang begitu, Saksi-Saksi Yehuwa tidak akan ikut merayakannya. Tapi jika ada suatu perayaan yang tidak melanggar prinsip Alkitab, setiap Saksi Yehuwa bisa membuat keputusan sendiri dan ”berusaha agar hati nurani[-nya] tetap bersih di hadapan Allah dan manusia”.—Kisah 24:16.

 Inilah beberapa pertanyaan yang Saksi-Saksi Yehuwa pikirkan sebelum memutuskan untuk ikut merayakan hari raya tertentu. a

  •   Apakah hari raya itu berasal dari ajaran yang tidak berdasarkan Alkitab?

     Prinsip Alkitab: ”’Keluarlah dari antara mereka, dan pisahkan diri kalian,’ kata Yehuwa, ’dan jangan lagi menyentuh apa yang najis.’”​—2 Korintus 6:15-​17.

     Untuk memisahkan diri dari ajaran yang najis, atau bertentangan dengan Alkitab, Saksi-Saksi Yehuwa tidak merayakan hari-hari raya yang mengandung unsur-unsur berikut.

     Hari raya yang berasal dari penyembahan atau kepercayaan kepada dewa-dewi. Yesus berkata, ”Yang harus kamu sembah adalah Yehuwa Allahmu, dan bagi Dia saja kamu harus melakukan pelayanan suci.” (Matius 4:​10) Itulah sebabnya Saksi-Saksi Yehuwa tidak merayakan Natal, Paskah, atau Hari Mei (May Day), karena hari-hari raya itu bersumber dari penyembahan dewa-dewi. Selain itu, mereka tidak ikut serta dalam perayaan-perayaan berikut.

    •  Kwanzaa. Perayaan ini dirayakan oleh kelompok etnis Afrika-Amerika. Nama perayaan ini ”berasal dari istilah Swahili matunda ya kwanza, yang berarti ’buah-buah pertama’ dan [ini] menunjukkan bahwa hari raya itu berasal dari perayaan-perayaan hasil panen pertama yang sudah lama dirayakan di Afrika”. (Encyclopedia of Black Studies) Ada yang menganggap bahwa Hari Raya Kwanzaa tidak bersifat keagamaan. Tapi, Encyclopedia of African Religion menyamakannya dengan suatu festival Afrika untuk mempersembahkan hasil panen pertama ”kepada para dewa dan leluhur sebagai ungkapan rasa syukur”.

      Kwanzaa

    •  Festival Kue Bulan. Festival yang diadakan antara bulan September dan Oktober ini dirayakan ”untuk menghormati dewi bulan”. (Holidays, Festivals, and Celebrations of the World Dictionary) Dalam perayaan ini, ada tradisi bagi ”para wanita [untuk] berlutut dan sujud . . . di rumah di hadapan sang dewi”.—Religions of the World—A Comprehensive Encyclopedia of Beliefs and Practices.

    •  Nowruz (Tahun Baru Persia). ”Beberapa unsur perayaan ini berasal dari paham Zoroastrianisme dan dianggap sebagai salah satu hari paling suci dalam kalender Zoroaster. . . . Pada waktu itu, Dewa Musim Panas, yang dikenal sebagai [Rapitwin], disambut kembali setelah diusir ke bawah tanah oleh Dewa Musim Dingin selama musim dingin. Jadi pada Hari Raya Nowruz, Dewa Musim Panas disambut dengan meriah pada siang hari sesuai dengan tradisi Zoroaster.”​—Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO).

    •  Shab-e Yalda. Perayaan ini dirayakan pada malam terpanjang setiap tahun di Belahan Bumi Utara. Menurut buku Sufism in the Secret History of Persia, hari raya ini ”jelas-jelas berkaitan dengan penyembahan Dewa Mitra”, sang dewa cahaya. Perayaan ini kelihatannya juga berkaitan dengan penyembahan dewa matahari orang Romawi dan Yunani. b

    •  Hari Pengucapan Syukur (Thanksgiving). Seperti Kwanzaa, hari raya ini berasal dari perayaan panen zaman dulu yang dilakukan untuk menghormati berbagai dewa. Lama-lama ”tradisi kuno ini diadopsi oleh Gereja”.—A Great and Godly Adventure—The Pilgrims and the Myth of the First Thanksgiving.

     Hari raya yang berasal dari takhayul atau kepercayaan akan keberuntungan. Alkitab berkata bahwa orang-orang yang ”menyajikan makanan bagi Dewa Keberuntungan” itu sama dengan ”meninggalkan Yehuwa”. (Yesaya 65:11) Karena itu, Saksi-Saksi Yehuwa tidak ikut dalam perayaan berikut.

    •  Ivan Kupala. ”Menurut kepercayaan umum, selama [Hari Raya Ivan Kupala], alam akan melepaskan kekuatan gaibnya, dan kalau kita berani dan beruntung, kita bisa menyerap sebagian kekuatan itu,” kata buku The A to Z of Belarus. Hari raya ini berasal dari perayaan yang dilakukan oleh penyembah berhala untuk memperingati siang terpanjang dalam tahun itu pada bulan Juni. Tapi, menurut Encyclopedia of Contemporary Russian Culture, hari raya itu ”dicampur dengan perayaan Gereja [yaitu, ”hari Santo” Yohanes Pembaptis] setelah para penyembah berhala menerima Kekristenan”.

    •  Imlek dan Tahun Baru Korea. ”Pada momen istimewa ini [atau, Imlek], fokus utama keluarga, teman, dan kerabat adalah untuk mendapatkan hoki, menghormati dewa-dewi dan arwah, serta mengharapkan rezeki pada tahun yang baru.” (Mooncakes and Hungry Ghosts—Festivals of China) Tahun Baru Korea juga sama-sama ’mencakup penyembahan leluhur, tradisi mengusir roh jahat agar beruntung di tahun yang baru, dan kebiasaan untuk mencari ramalan nasib selama tahun yang baru’.—Encyclopedia of New Year’s Holidays Worldwide.

      Imlek

     Hari raya yang berasal dari keyakinan bahwa setelah manusia mati, ada sesuatu yang masih hidup dari dirinya. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa setelah seseorang mati, orang itu tidak ada lagi. (Pengkhotbah 9:5, 10) Itulah sebabnya Saksi-Saksi Yehuwa tidak merayakan hari-hari raya berikut.

    •  Hari Arwah. Perayaan ini diadakan untuk ”memperingati semua orang yang sudah meninggal . . . Selama Abad Pertengahan, orang-orang percaya bahwa pada hari itu, arwah dari api penyucian akan muncul sebagai hantu, penyihir, siluman kodok, dsb untuk mengganggu orang yang dulu pernah berbuat salah kepada mereka”.—New Catholic Encyclopedia.

    •  Festival Ceng Beng dan Festival Arwah Lapar. Dua festival ini diadakan untuk menghormati leluhur. Selama Ceng Beng, ”makanan, minuman, dan uang-uangan dibakar agar orang yang mati tidak lapar, haus, atau kekurangan uang”. (Celebrating Life Customs Around the World—From Baby Showers to Funerals) Selain itu, ”selama Bulan Arwah Lapar, biasanya pada saat bulan purnama, [orang yang merayakannya percaya bahwa] alam baka dan dunia nyata menjadi lebih dekat dibandingkan malam mana pun. Jadi, penting sekali untuk menghormati leluhur sekaligus menenangkan arwah agar mereka tidak sampai marah”.

    •  Chuseok. Menurut The Korean Tradition of Religion, Society, and Ethics, salah satu yang dilakukan dalam perayaan ini adalah ”mempersembahkan makanan dan arak kepada para arwah”. Persembahan seperti itu menunjukkan adanya ”kepercayaan akan sesuatu yang masih hidup setelah tubuh seseorang mati”.

     Hari raya yang berkaitan dengan hal-hal gaib. Alkitab mengatakan bahwa orang yang ”meramal, menggunakan ilmu gaib, mencari pertanda, menjadi ahli sihir, mengguna-guna orang lain, meminta nasihat pemanggil arwah atau peramal, ataupun bertanya kepada orang mati . . . menjijikkan bagi Yehuwa”. (Ulangan 18:10-​12) Karena tidak mau terlibat dalam hal-hal gaib, termasuk ramalan bintang, Saksi-Saksi Yehuwa tidak merayakan Halloween atau hari-hari raya berikut.

    •  Tahun Baru Sinhala dan Tahun Baru Tamil. ”Beberapa tradisi selama acara ini . . . mencakup kegiatan yang dianggap membawa keberuntungan jika dilakukan pada waktu-waktu yang telah ditetapkan oleh ahli ramal bintang.”​—Encyclopedia of Sri Lanka.

    •  Songkran. Nama hari raya yang terkenal di Asia ini ”berasal dari kata Sansekerta . . . yang berarti ’pergerakan’ atau ’perubahan’, dan [festival ini] menandai awal pergerakan matahari ke dalam konstelasi bintang Aries”.—Food, Feasts, and Faith—An Encyclopedia of Food Culture in World Religions.

     Perayaan yang berkaitan dengan cara beribadah menurut hukum Taurat, yang tidak berlaku lagi karena korban tebusan Yesus. Alkitab mengatakan, ”Akhir dari hukum Taurat adalah Kristus.” (Roma 10:4) Memang, prinsip-prinsip dalam hukum Taurat yang diberikan kepada orang Israel zaman dulu masih ada manfaatnya bagi para pengikut Kristus. Tapi, orang Kristen tidak lagi merayakan perayaan yang ada dalam hukum Taurat. Apalagi, tujuan beberapa perayaan itu adalah untuk menunjukkan kedatangan Mesias, dan orang Kristen yakin bahwa hal itu sudah terjadi. Alkitab mencatat, ”Semua itu adalah bayangan dari hal-hal yang akan datang, tapi wujud yang sebenarnya adalah Kristus.” (Kolose 2:​17) Selain itu, ada beberapa perayaan lain yang sudah dicampur dengan kebiasaan yang bertentangan dengan Alkitab. Jadi, Saksi-Saksi Yehuwa tidak ikut merayakan perayaan-perayaan berikut.

    •  Hari Raya Pentahbisan (Hanukah). Ini adalah perayaan untuk memperingati penahbisan ulang bait orang Yahudi di Yerusalem. Tapi, Alkitab memberi tahu bahwa Yesus sudah menjadi Imam Besar dari ”kemah [atau, bait] yang lebih penting dan lebih sempurna, yang bukan buatan tangan atau diciptakan di bumi”. (Ibrani 9:​11) Bagi orang Kristen, bait rohani itu menggantikan bangunan bait di Yerusalem.

    •  Rosh Hashanah. Ini adalah hari pertama dalam kalender Yahudi. Pada hari itu, orang Yahudi zaman dulu mengadakan perayaan untuk memberikan persembahan istimewa kepada Allah. (Bilangan 29:​1-6) Namun, Yesus Kristus telah datang sebagai Mesias dan ”menghentikan korban dan persembahan”. (Daniel 9:26, 27) Jadi, persembahan seperti itu sia-sia di mata Allah.

  •   Apakah hari raya itu mendukung kerja sama antaragama?

     Prinsip Alkitab: ”Apakah orang yang beriman punya persamaan dengan yang tidak beriman? Apakah ada kaitan antara bait Allah dan berhala?”​—2 Korintus 6:15-​17.

     Saksi-Saksi Yehuwa selalu berupaya hidup rukun dengan sesama dan menghormati hak setiap orang untuk punya keyakinan masing-masing. Tapi, mereka tidak terlibat dalam hari-hari raya yang mendukung kerja sama antaragama.

     Perayaan untuk memperingati tokoh agama atau peristiwa yang menggalang persatuan ibadah di antara orang-orang yang berbeda keyakinan. Dulu, ketika umat Allah tiba di negeri yang penduduknya menyembah dewa-dewi, Allah memberi tahu umat-Nya, ”Jangan buat perjanjian dengan mereka ataupun allah-allah mereka. . . . Kalian bisa ikut menyembah allah-allah mereka, dan itu bisa membuat kalian terjerat.” (Keluaran 23:32, 33) Itulah sebabnya Saksi-Saksi Yehuwa tidak terlibat dalam perayaan seperti berikut.

    •  Loy Krathong. Pada perayaan di Thailand ini, ”orang-orang membuat sebuah wadah dari daun, menyalakan lilin atau dupa di atasnya, lalu mengapungkannya di air. Menurut mereka, kapal-kapalan ini akan membuang sial. Perayaan ini sebenarnya memperingati jejak kaki yang suci dari sang Buddha”.—Encyclopedia of Buddhism.

    •  Hari Pertobatan Nasional (National Repentance Day). Menurut kutipan seorang pejabat pemerintah dalam sebuah koran di Papua Nugini, orang yang ikut dalam acara ini ”setuju dengan dasar iman agama Kristen”. Dia berkata bahwa hari raya itu menjadi ”motor penggerak dari prinsip-prinsip Kristen di negara ini”.

    •  Waisak. ”Ini adalah perayaan Buddhis yang paling suci. Dalam perayaan ini, mereka memperingati peristiwa ketika Buddha lahir, mendapatkan penerangan, dan wafat, atau mencapai Nirwana.”​—Holidays, Festivals, and Celebrations of the World Dictionary.

      Waisak

     Perayaan yang berasal dari tradisi agama yang tidak diajarkan Alkitab. Yesus memperingatkan para pemimpin agama, ”Kalian membuat firman Allah tidak berlaku karena tradisi kalian.” Dia juga menyatakan bahwa ibadah mereka sia-sia karena ”yang mereka ajarkan hanya perintah manusia”. (Matius 15:​6, 9) Saksi-Saksi Yehuwa menganggap serius peringatan itu. Maka, ada banyak perayaan keagamaan yang tidak diikuti oleh mereka.

    •  Hari Raya Penampakan Tuhan (Epifani, Hari Raya Tiga Raja, Timkat, atau Los Reyes Magos). Hari raya ini diadakan untuk memperingati peristiwa datangnya orang-orang majus untuk menemui Yesus atau peristiwa dibaptisnya Yesus. Perayaan ini ”mengkristenkan beberapa perayaan yang dulu diadakan penyembah berhala pada musim semi, yang ditujukan bagi dewa-dewi sungai”. (The Christmas Encyclopedia) Perayaan yang serupa, yaitu Timkat, ”berakar dari tradisi turun-temurun”.​—Encyclopedia of Society and Culture in the Ancient World.

    •  Hari Raya Perawan Maria Diangkat ke Surga. Perayaan ini diadakan berdasarkan keyakinan bahwa ibu Yesus diangkat ke surga dengan tubuh jasmaninya. ”Kepercayaan ini tidak dianut oleh orang Kristen pada masa awal. Tidak ada ayat Alkitab yang menyebutkan tentang kepercayaan ini.”​—Religion and Society​—Encyclopedia of Fundamentalism.

    •  Hari Raya Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa. ”Tidak ada bukti yang jelas dalam Alkitab untuk mendukung doktrin Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa . . . [Itu] adalah ajaran yang dibuat oleh Gereja.”​—New Catholic Encyclopedia.

    •  Prapaskah. Masa untuk bertobat dan berpuasa ini mulai dijalankan ”pada abad keempat”, lebih dari 200 tahun setelah Alkitab selesai ditulis. ”Kegiatan dibubuhkannya abu pada umat saat Rabu Abu” menandai awal dari masa Prapaskah. Kegiatan ini ”dilakukan di seluruh dunia sejak Sinode Benevento tahun 1091”.​—New Catholic Encyclopedia.

    •  Meskel. Menurut Encyclopedia of Society and Culture in the Medieval World, festival di Etiopia ini dilakukan untuk merayakan ”ditemukannya Salib Sejati (salib yang dipakai untuk menyalibkan Kristus)”. Selama perayaan ini, orang-orang menyalakan api unggun yang besar dan menari di sekelilingnya. Tapi, Saksi-Saksi Yehuwa tidak menggunakan salib dalam ibadah mereka.

  •   Apakah hari raya itu memuja tokoh, organisasi, atau lambang negara tertentu?

     Prinsip Alkitab: ”Inilah yang Yehuwa katakan, ’Terkutuklah orang yang percaya kepada manusia, yang mengandalkan kekuatan manusia, dan yang hatinya berpaling dari Yehuwa.’”​—Yeremia 17:5.

     Saksi-Saksi Yehuwa menghargai sesama dan bahkan mendoakan mereka. Tapi, mereka tidak terlibat dalam acara atau perayaan yang mengandung unsur berikut.

     Hari raya yang meninggikan penguasa atau tokoh tertentu. Alkitab mencatat, ”Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas.” (Yesaya 2:​22, Terjemahan Baru) Maka, Saksi-Saksi Yehuwa tidak merayakan hari raya yang meninggikan seseorang, misalnya memperingati ulang tahun seorang penguasa.

     Perayaan untuk memuja bendera negara. Saksi-Saksi Yehuwa tidak merayakan Hari Bendera. Mengapa? Karena Alkitab mengatakan, ”Jauhilah berhala.” (1 Yohanes 5:​21) Memang, ada yang merasa bahwa bendera bukanlah berhala. Tapi, sejarawan Carlton Hayes menulis, ”Lambang dan objek pemujaan utama dari paham nasionalisme adalah bendera.”

     Perayaan yang memuja seorang santo. Sewaktu seorang hamba Allah sujud kepada Rasul Petrus, apa yang terjadi? Alkitab mencatat, ”Petrus menarik dia sambil berkata, ’Bangun, saya juga hanya manusia.’” (Kisah 10:25, 26) Petrus atau rasul mana pun tidak mau ditinggikan atau dipuja. Itulah sebabnya Saksi-Saksi Yehuwa tidak ikut dalam perayaan yang meninggikan orang-orang yang dianggap santo, seperti perayaan-perayaan berikut.

    •  Hari Raya Semua Orang Kudus. ”Perayaan ini diadakan untuk memuja semua santo . . . Asal usul pesta ini tidak dapat dipastikan.”​—New Catholic Encyclopedia.

    •  Perayaan Bunda dari Guadalupe. Perayaan ini diadakan untuk memuja ”santa pelindung Meksiko”, yang diyakini sebagai Maria, ibu Yesus. Menurut orang-orang, Maria menampakkan diri kepada seorang petani pada tahun 1531.​—The Greenwood Encyclopedia of Latino Literature.

      Perayaan Bunda dari Guadalupe

    •  Hari Nama (Name Day). ”Hari Nama adalah pesta untuk memperingati santo atau santa yang namanya digunakan sebagai nama baptis atau nama penguatan seseorang.” Perayaan ini ”sangat berkaitan dengan agama”.​—Celebrating Life Customs Around the World​—From Baby Showers to Funerals.

     Perayaan yang mendukung gerakan politik atau sosial. ”Lebih baik berlindung kepada Yehuwa daripada percaya kepada manusia,” kata Alkitab. (Mazmur 118:​8, 9) Saksi-Saksi Yehuwa percaya bahwa hanya Allah yang sanggup menyelesaikan semua masalah dunia. Jadi, mereka tidak mau ikut perayaan yang mendukung gerakan politik atau sosial, seperti Hari Pemuda dan Hari Perempuan. Karena alasan yang sama, mereka juga tidak merayakan Hari Emansipasi (Emancipation Day), yang memperingati dihentikannya perbudakan, serta perayaan lainnya yang serupa. Sebaliknya, Saksi-Saksi Yehuwa berharap pada Kerajaan Allah untuk menyelesaikan masalah rasisme dan ketidakadilan.​—Roma 2:​11; 8:​21.

  •   Apakah hari raya itu mengunggulkan negara atau kelompok ras tertentu?

     Prinsip Alkitab: ”Allah tidak berat sebelah. Semua orang dari bangsa mana pun yang takut kepada-Nya dan melakukan apa yang benar diterima oleh-Nya.”​—Kisah 10:34, 35.

     Meski ada banyak Saksi Yehuwa yang menyukai tempat asal mereka, mereka tidak ikut merayakan hari raya yang mengunggulkan negara atau kelompok ras tertentu.

     Hari raya yang menyanjung angkatan bersenjata. Yesus tidak pernah mengajarkan muridnya untuk berperang. Malah, dia berkata kepada pengikutnya, ”Teruslah kasihi musuh-musuh kalian dan berdoa bagi orang-orang yang menganiaya kalian.” (Matius 5:​44) Itulah sebabnya Saksi-Saksi Yehuwa tidak ikut merayakan hari raya yang menyanjung tentara seperti berikut.

    •  Hari Anzac. ”Anzac adalah Angkatan Bersenjata Australia dan Selandia Baru . . . Lama-lama, Hari Anzac diperingati untuk mengenang orang-orang yang tewas dalam perang.”​—Historical Dictionary of Australia.

    •  Hari Veteran dan Hari Peringatan (Remembrance Day). Ini adalah hari untuk menyanjung ”para veteran perang dan mereka yang tewas dalam perang”.​—Encyclopædia Britannica.

     Perayaan yang memperingati sejarah atau kemerdekaan suatu negara. Yesus pernah berkata tentang pengikutnya, ”Mereka bukan bagian dari dunia, seperti aku bukan bagian dari dunia.” (Yohanes 17:16) Meski Saksi-Saksi Yehuwa senang untuk belajar sejarah suatu negara, mereka tidak ikut merayakan peristiwa-peristiwa seperti berikut.

    •  Hari Australia. Menurut Worldmark Encyclopedia of Cultures and Daily Life, hari raya ini memperingati ”peristiwa pada tahun 1788 saat tentara Inggris mengibarkan bendera mereka dan menyatakan Australia sebagai koloni yang baru”.

    •  Hari Guy Fawkes. Ini adalah ”hari raya nasional untuk memperingati gagalnya upaya Guy Fawkes dan pendukung Katolik lainnya untuk membunuh Raja James I dan anggota Parlemen [Inggris] pada tahun 1605”.​—A Dictionary of English Folklore.

    •  Hari Kemerdekaan. Di banyak negeri, ini adalah ”hari yang dikhususkan setiap tahun agar rakyat merayakan kemerdekaan negara mereka”.​—Merriam-Webster’s Unabridged Dictionary.

  •   Apakah perayaan itu identik dengan kelakuan yang tidak terkendali atau cabul?

     Prinsip Alkitab: ”Cukup lama kalian mengikuti keinginan orang-orang di dunia, yaitu dengan berlaku tidak tahu malu, menuruti nafsu yang tak terkendali, minum-minum dengan berlebihan, berpesta liar, ikut pesta minuman keras, dan melakukan penyembahan berhala yang terlarang.”​—1 Petrus 4:3.

     Saksi-Saksi Yehuwa senang berkumpul bersama teman-teman mereka, dan jika mereka mau, mereka bisa memutuskan untuk menikmati minuman beralkohol secara terkendali. Tapi, mereka juga hidup sesuai dengan prinsip Alkitab di atas. Mereka tidak ikut dalam perayaan yang identik dengan mabuk-mabukan dan pesta liar. Mereka berupaya mengikuti nasihat Alkitab ini: ”Tidak soal kalian makan atau minum atau melakukan apa pun, lakukan segala sesuatu demi kemuliaan Allah.”​—1 Korintus 10:31.

     Itulah sebabnya Saksi-Saksi Yehuwa juga tidak ikut dalam pawai atau festival yang menonjolkan kelakuan yang dilarang dalam Alkitab. Contohnya adalah Perayaan Purim orang Yahudi. Purim awalnya dirayakan untuk memperingati lolosnya bangsa Yahudi dari maut pada abad kelima sebelum Masehi. Tapi menurut buku Essential Judaism, perayaan itu sekarang ”bisa dikatakan sudah menjadi seperti perayaan Mardi Gras atau Karnaval versi Yahudi”. Orang-orang yang ikut dalam perayaan itu biasanya ”memakai kostum (sering kali pria mengenakan pakaian wanita), berkelakuan liar, bermabuk-mabukan, dan sangat ribut”.

 Apakah Saksi-Saksi Yehuwa menyayangi keluarga mereka meski tidak merayakan hari-hari raya tertentu?

 Ya. Alkitab mengajarkan bahwa kita harus menyayangi dan menghormati keluarga kita, tidak soal apa keyakinan mereka. (1 Petrus 3:​1, 2, 7) Memang, sewaktu seorang Saksi Yehuwa memutuskan untuk tidak lagi ikut dalam perayaan tertentu, hal ini bisa jadi berdampak bagi keluarganya. Anggota keluarganya mungkin kecewa, sakit hati, atau bahkan merasa tidak disayangi. Itulah sebabnya banyak Saksi-Saksi Yehuwa yang membuat upaya untuk meyakinkan anggota keluarga bahwa mereka masih sayang kepada keluarga, untuk menjelaskan alasan keputusan mereka dengan bijak, dan untuk mengunjungi keluarga mereka pada kesempatan lain.

 Apakah Saksi-Saksi Yehuwa memaksa orang lain untuk tidak merayakan hari raya tertentu?

 Tidak. Mereka yakin bahwa setiap orang harus membuat keputusannya masing-masing. (Yosua 24:15) Saksi-Saksi Yehuwa ’menghormati segala macam orang’, tidak soal apa kepercayaan mereka.​—1 Petrus 2:​17.

a Artikel ini tidak memuat semua perayaan yang tidak dirayakan Saksi Yehuwa dan tidak berisi semua prinsip Alkitab yang mungkin berlaku.

b Mithra, Mithraism, Christmas Day & Yalda, oleh K. E. Eduljee, halaman 31-33.