Langsung ke konten

BANTUAN UNTUK KELUARGA | MEMBESARKAN ANAK

Cara agar Anak Mau Dibimbing

Cara agar Anak Mau Dibimbing

 Yang perlu Anda ketahui

 Di beberapa negeri, anak-anak akrab dengan orang tua dan mau dibimbing orang tua mereka. Tapi di negeri lain, anak-anak sering kali lebih mendengarkan kata-kata teman mereka yang seumuran.

 Kalau sampai anak-anak lebih mendengarkan teman mereka, itu berarti mereka tidak lagi menghargai bimbingan orang tua. Malah, saat anak beranjak remaja, orang tua mungkin merasa bahwa anak-anak sudah tidak mau mendengarkan mereka lagi. Sebenarnya ini tidak mengherankan. Ini terjadi karena anak-anak lebih sering bertemu teman mereka. Akibatnya, mereka seolah-olah dibesarkan oleh teman mereka, bukan orang tua mereka.

 Kenapa anak-anak lebih mudah akrab dengan teman mereka daripada orang tua mereka? Perhatikan beberapa alasan berikut.

  •   Sekolah. Karena bersekolah, anak Anda lebih sering bergaul dengan teman-temannya. Akibatnya, dia merasa pandangan temannya lebih penting daripada pandangan Anda. Dan saat dia remaja, sikap ini bisa semakin parah.

    Anak-anak seharusnya lebih peduli dengan pandangan orang tuanya daripada pandangan teman sekolahnya

  •   Kurangnya waktu bersama. Ada banyak anak yang orang tuanya sibuk bekerja. Jadi sepulang sekolah, mereka jarang bertemu dengan orang tua mereka.

  •   Perilaku anak muda. Saat remaja, anak Anda bisa sangat dipengaruhi oleh cara berpakaian, gaya bicara, dan kelakuan anak muda lainnya. Sering kali, mereka jadi lebih peduli dengan pandangan teman mereka daripada pandangan orang tua mereka.

  •   Bisnis. Banyak barang dan hiburan dibuat khusus untuk anak muda, bukan untuk orang dewasa. Akibatnya, semakin sulit bagi orang tua dan anak remaja untuk saling mengerti. Dr. Robert Epstein menulis, ”Kalau sampai perilaku anak muda sekarang berubah, perusahaan-perusahaan besar akan langsung bangkrut.” a

 Yang bisa Anda lakukan

  •   Berupaya untuk tetap akrab dengan anak Anda.

     Kata Alkitab: ”Kata-kata yang saya sampaikan hari ini harus ada di dalam hati kalian, dan harus kalian tanamkan di hati anak-anak kalian. Bicarakan itu saat duduk di rumah, saat dalam perjalanan, saat akan tidur, dan saat kalian bangun.”​—Ulangan 6:6, 7.

     Memang anak Anda butuh teman, tapi jangan sampai temannya menggantikan peran Anda sebagai orang tua. Untungnya, para ahli mengatakan bahwa kebanyakan anak-anak dan remaja menghormati orang tua dan ingin menyenangkan mereka. Jadi, kalau Anda akrab dengan anak Anda, dia akan lebih mendengarkan Anda daripada temannya.

     ”Orang tua perlu punya waktu bersama anak mereka. Kita bisa lakukan kegiatan sehari-hari bersama mereka, misalnya masak, bersih-bersih, dan bahkan menemani mereka mengerjakan PR. Lakukan juga yang seru, seperti main game, nonton film, atau nonton TV. Jangan merasa bahwa satu dua jam bersama mereka sudah cukup! Kita tidak bisa akrab sama anak kita kalau kita jarang punya waktu untuk mereka.”​—Lorraine.

  •   Bantu anak berteman dengan orang yang lebih dewasa.

     Kata Alkitab: ”Kebodohan terikat pada hati seorang anak.”​—Amsal 22:15.

     Ada orang tua yang senang saat melihat anaknya punya banyak teman yang seumuran. Tapi sebenarnya, anak Anda perlu punya teman dari berbagai usia supaya dia bisa menjadi orang yang dewasa. Teman-temannya yang seumuran tidak bisa memberikan bimbingan yang tepat, seperti yang bisa diberikan orang tuanya.

     ”Mungkin, teman anak kita tahu cukup banyak hal. Tapi tetap saja, mereka belum punya cukup pengalaman untuk bantu remaja lain buat keputusan yang baik. Kalau anak muda mau mendengarkan orang tua mereka, mereka bisa menjadi dewasa sesuai dengan umur mereka.”​—Nadia.

  •   Jadilah teladan.

     Kata Alkitab: ”Orang yang berjalan dengan orang bijaksana akan menjadi bijaksana.”​—Amsal 13:20.

     Meski nanti anak Anda sudah semakin dewasa, dia bisa tetap belajar banyak hal saat bersama Anda. Maka, jadilah teladan baginya.

     ”Orang tua adalah teladan terbaik bagi anak mereka. Kalau anak-anak diajar untuk menyayangi dan menghormati orang tua, mereka pasti ingin meniru orang tua mereka.”​—Katherine.

a Dari buku Teen 2.0—Saving Our Children and Families From the Torment of Adolescence.